Jumat, 26 Desember 2014

Kisah Nabi Uzair As


Diceritakan bahwa seorang Nabi dari kalangan bani Israil bernama Uzair berjalan menyusuri sebuah perkampungan dengan mengendarai seekor kudanya. Setelah jauh berjalan, tiba-tiba diatersesat ke suatu perkampungan yang rata dengan tanah setelah dihancurkan oleh sekelompok tentara. Di perkampungan itu, dia melihat kehancuran yang luar biasa, bangkai manusia dan hewan berserakan di mana-mana serta tulang-belulang manusia bertebaran di semua tempat. Ketika itulah, dia berkata dalam hati, “Bagaimana caranya Allah menghidupkan kembali semua yang telah berserakan ini setelah matinya ?”.

Perlu diketahui Nabi Uzair AS adalah seorang hamba Allah SWT yang hidup pada zaman Nabi Isa AS.Nabi Uzair AS adalah seorang Nabi dan Rasul utusan Allah SWT yang salah satu diantara 313 Rasul utusan Allah SWT. Nama Uzair berasal dari kata Azaro, yang artinya “mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan kebenaran yang sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan  menjadi suatu kebenaran yang semestinya. Nabi Uzair AS adalah seorang lelaki yang amat sholeh dan paham pada kitab Taurat. Ia dikatakan memahami setiap isi kandungan Taurat. Beliau menjadi rujukan setiap masyarakat Yahudi pada zaman itu.

Karena kelelahan Nabi Uzair AS beristirahat sejenak di perkampungan itu. Di bawah sebatang pohon dia kemudian tertidur dengan tidur yang sangat lama, karena Allah menidurkannya selama seratus tahun (100 Tahun). Tubuhnya kemudian hancur dan telah menjadi tanah, orang-orang pun telah melupakannya.

Setelah 100 tahun ia tertidur, Allah SWT membangunkan atau menghidupkannya kembali dengan jasad sebagaimana semula saat mulai tertidur. Kemudian Allah bertanya kepada beliau: “Berapa lama kamu tinggal di sini ?” Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang), Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia, dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah : 259).

Setelah bangun atau hidup kembali, Nabi Uzair AS mengelola wilayah itu, dari kehancuran, kegersangan, kesunyian tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah dengan masyarakat yang beriman kepada Allah SWT yang aman dan sejahtera. Beliau mengelola wilayah itu selama berpuluh-puluh tahun. Tersebarlah keadaan beliau dan wilayah itu ke semua penjuru bumi hingga ke Kerajaan yang sedang berkuasa pada saat itu. Kemudian tentara Kerajaan besar itu menyerang wilayah itu, sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh Allah SWT ke alam batiniyyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS.

Setelah kehilangan Nabi Uzair AS, rakyat di wilayah itu menjadi kebingungan karena tidak ada pengelola wilayah yang mampu meneruskan tata kelola wilayahnya sebaik Nabi Uzair AS. Maka datanglah sesosok setan yang berjasad manusia dan berkata kepada penduduk daerah itu, “Jika kamu sekalian menginginkan keadaan sejahtera lagi, maka buatlah patung Uzair, dan sembahlah dan mintalah kepada patung itu, karena Uzair adalah Putra Allah” (Sungguh setan musuh manusia yang nyata. “Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Baqarah : 169-170).

Maka patung itu diwujudkan oleh Raja Kerajaan besar itu dan dijadikan sesembahan. Demikianlah jadinya Raja tersebut menyembah patung Uzair. Dan terjadilah kekosongan keimanan kepada Allah SWT dan mendewakan patung Uzair. Kemusyrikan Orang-Orang Kafir itu dalam Kebiasaan menyembah patung Uzair itu ditiru oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat At Taubah 30-31 : “Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah“. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling ?.” “Mereka menjadikan rabbi- rabbi (orang-orang alimnya) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan Uzair dan Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan". (QS. At Taubah : 30-31).

Hadist Nabi Muhammad SAW tentang Nabi Uzair AS : Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Shidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu adalah hamba Allah yang Maha Pemurah, maka Allah membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari tipu daya setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah". (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Allah dan RasulNya).

Terima Kasih Anda Telah Membaca Artikel
Judul: Kisah Nabi Uzair As
Diposkan Oleh Mohammad Najih
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih

Kisah Nabi Yusuf As

Mimpi Nabi Yusuf

Sajadah Muslim - Yusuf adalah putra Nabi Ya’qub, diantara dua belas orang anak-anak Ya’qub, Yusuf dan Bunyaminlah yang paling dicintai. Hal inimenimbulkan iri hati saudara-saudaranya yang lain. Yusuf wajahnya sangat tampan, lebih tampan dari pada saudara-saudaranya yang lain. Bentuk tubuhnya sangat bagus. Terlebih setelah ibunya (Rahil) meninggal dunia maka ia makin disayang oleh ayahnya. Pada suatu malam ia bermimpi, ia melihat sebelas bintang bulan dan matahari bersujud kepadanya. Esok harinya ia ceritakan hal itu kepada ayahnya. “Sebelas bintang adalah saudara-saudaramu. Matahari adalah ayahmu, bulan adalah ibumu. Semua akan menghormatimu, kelak kau akan jadi orang besar, maka jangan sampai saudara-saudaram tahu. Jika saudamu tahu mereka akan mencelakakanmu.”

Namun tanpa setahu Yusuf dan ayahnya ternyata salah seorang saudaranya mengetahu pembicaraan ayahnya itu. Sejak saat itu mereka makin membenci  Yusuf dan selalu berusaha mencelakakannya. Pada suatu hari mereka meminta izin kepada Nabi Ya’qub untuk mengajak Yusuf berburu binatang. Mula-mula Nabi Ya’qub tidak mengijinkan, tapi setelah mereka menunjukkan kesanggupannya menjaga Yusuf dai bahaya maka Nabi Ya’qub tidak melarangnya lagi. Yusuf boleh ikut berburu, tinggal bunyamin yang menemani Nabi Ya’qub dirumah. Di tengah hutan, setelah berburu tiba-tiba mereka menangkap Yusuf. “Hei, mau kalian apakan aku ini ? protes Yusuf. “Diam ! “bentak salah seorang kakaknya. Mereka hendak membunuh Yusuf, namun tidak sampai hati, salah seorang mengusulkan agar dimasukkan saja ke dalam sumur. Pasti ada khalifah yang akan mengambilnya dan Yusuf pasti akan dijual sebagai budak. Dengan demikian Yusuf tersingkir dari keluarga Ya’qub, usul itu disetujui.

Demikianlah Yusuf yang masih kecil tak berdaya ketika saudara-saudaranya yang lebih besar memasukkannya ke dalam sumu. Sebelumnya baju Yusuf telah dilepas. Mereka kemudian membunuh hewan, darahnya ditumpahkan ke baju Yusuf, setelah pulang mereka berkata bahwa Yusuf telah dimakan serigala hingga bajunya berlumuran darah. Nabi Ya’qb sangat sedih mendengar hal itu, demikian sangat kesedihannya sehingga selalu menangis dan sampai-sampai matanya menjadi buta.

Yusuf Menjadi Budak Belian

Tidak berapa lama Yusuf di dalam sumur, ada serombongan Kafilah yang hendak mengambil air. Mereka menemukan Yusuf, maka Yusuf dibawaii sebagai tawanan, mereka akan menjualnya di negeri Mesir. Sesampai di Mesir Yusuf benar-benar dijual sebagai budak, pembelinya seorang menteri kerajaan bernama Kitfir, kemudian menteri tersebut menyerahkan Yusuf kepada istrinya yaitu Zulaiha. Kitfir dan Zulaiha tidak mempunyai anak, mereka brmaksud mnjadikan Yusuf sebagai anak angkatnya. Kini Yusuf hidup dilingkungan istana Kerajaan Mesir, makin lama makin tampaklah bahwa Yusuf seorang pemuda yang tampan lagi cerdas. Zulaiha kemudian mengangkatnya sebagai kepala pelayan di istana.

Zulaikha Tergoda Ketampanan Nabi Yusuf

Sebagai pemuda yang tampan dan ramah Yusuf telah menarik perhatian Zulaiha, bukan sebagai ibu dan anak, Zulaiha tertarik kepada Yusuf sebagai seorang wanita kepada lelaki dewasa. Pada suatu hari, disaat suaminya pergi, Zulaiha mengenakan pakaiannya yang terbaik, bau parfum tersebar diseluruh tubuhnya, ia menghampiri Yusuf di kamarnya. Yusuf berdebar kencang saat melihat penampilan Zulaiha yang lain dari biasanya. Begitu menyolok dan merangsang. Berkata Zulaiha kepada Yusuf : “Marilah Yusuf, seluruh jiwa dan ragaku kuserahkan kepadamu. “Yusuf hampir tergoda, namun ia segera ingat kepada Tuhan, ia pun berkata : “Aku berlindung kepada Allah dai perbuatan maksiat ini. Bagaimanakah aku akan melakukan perbuatan ini, sedang suamimu adalah Tuanku yang telah memuliakan dan berbuat baik kepadaku, adalah tidak patut jika suatu kebaikan dibalas dengan penghinaan.”

Akan tetap hati dan pikiran Zulaiha telah dikuasai nafsu dan tergoda bujukan iblis. Ia tak menghiraukan peringatan Yusuf. “Yusuf” desah Zulaiha sambil menghambur dan memeluk Yusuf erat-erat. Tidak seorang pun melihat kita. Tidak ada yang mengetahui perbuatan kita. “Allah mengetahuinya ! “Jawab Yusuf sambil berontak melepaskan diri, buru-buru ia melahikan diri dari dalam kamar. Zulaiha mengejar dan berhasil memegang baju belakang Yusuf. Ia berharap Yusuf akan berhenti dan mau melayaninya. Tapi Yusuf terus berlari sehingga bajunya robek dibagian belakang. Di saat demikian tiba-tiba Kitfir dating, Zulaiha segera menghampiri suaminya dan berkata : “Yusuf hendak memaksaku melakukan perbuatan mesum. “Tidak ! “Sahut Yusuf. “Dialah yang memaksa saya untuk melakukan perbuatan keji itu.”

Terjadilah saling tuduh menuduh, disaat demikian datanglah tetangga dekat sekaligus sebagai penengah, berkata tetangga itu : “Kita lihat saja, jika baju Yusuf robek dibagian depan berarti dia hendak memaksa Zulaiha berbuat mesum. Jika bajunya robek dibelakang itu pertanda Zulaiha yang memaksa Yusuf berbuat maksiat. “Kitfir memeriksa dan ternyata baju Yusuf robek di bagian belakang, betapa malu pembesar kerajaan Mesir itu. Ternyata istrinya sendiri yang telah berbuat salah. Kitfir menghampiri Yusuf dan berkata : “Rahasiakanlah peristiwa ini, simpan baik-baik, jangan ada orang yang tahu, dan kamu Zulaiha mohonlah ampun kepada Tuhanmu atas dosa yang telah kau lakukan, bertaubatlah Kepada-Nya dengan Taubat yang sebenarnya.”

Para Wanita Terpesona Dengan Nabi Yusuf

Walau sudah diusahakan agar tidak bocor tapi peristiwa Zulaiha dengan anak angkatnya itu akhirnya terdengar juga oleh tetangga kanan kiri. Para wanita baik tua maupun muda sama mempergunjungkannya. Zulaiha merasa malu, dalam hati ia berkata : “Mereka belum pernah melihat Yusuf karena selama ini Yusuf selalu berada di dalam rumah. Coba andakata mereka sudah melihatnya, pasti lebih tergila-gila dari pada aku. “Pada suatu hai Zulaiha mengundang para wanita yang telah mempergunjingkannya, setiap wanita yang dating diberi buah-buahan dan sebilah pisau yang tajam untuk mengupas buah-buahan yang dihidangkan itu. Disaat para wanita itu asyik mengpas buah dengan pisau ditangannya, Zulaiha memerintahkan pelayan untuk memanggil Yusuf agar berjalan diruang tamu.

Semua orang terbelalak kagum ketika melihat penampilan Yusuf yang ganteng dan tampan itu. Semua tercengang dan sejenak lupa diri. “Inilah pemuda yang kalian gunjingkan, ternyata kalian juga mengagumi kegantengannya, sehingga tanpa sadar kalian telah mengupas kulit tangan kalian sendiri, “Kata Zulaiha. Yusuf segera masuk ke dalam, pada saat itulah para wanita tadi baru tersadar bahwa yang mereka kupas bukan buah yang dipegangnya tapi tangan mereka sendiri, darah bercucuran, suasana jadi panic, dengan tersipu malu mereka segera kembali pulang ke rumah masng-masing. Namun issu tentang Zulaiha dan Yusuf masih terus merebak ke seluruh penjuru. Para wanita masih mempergunjingkannya. Untuk menutupi rasa malunya maka Kitfir akhirnya memasukkan Yusuf ke dalam penjara. Hal ini dilakukan secara terpaksa bahwa walaupun Yusuf benar dan Zulaiha salah namun Yusuf yang masuk penjara.

Nabi Yusuf Dipenjara

Memang tak ada jalan lain bagi Kitfir, Yusuf harus dipenjara, jika tidak Zulaiha akan terus tergoda dan siapa tahu lama-lama Yusuf tidak mampu mempertahankan kesuciannya ? Berangkat dari pemikiran inilah Kitfir menjebloskan Yusuf ke dalam jeruji besi. Di dalam penjara ada dua orang pelayan raja, yang pertama bernama Nabo kepala bagian minuman. Kedua bernama Malhab kepala bagian makanan kue-kue. Keduanya dituduh hendak membunuh Raja dengan menaruh racun dalam makanan dan minuman. Di dalam penjara Yusuf mengajak kedua orang itu untuk bertaubat, beribadah kepada Allah saja.

Pada suatu hari Nabo menceritakan mimpinya kepada Yusuf : “Aku bermimpi memeras anggur yang akan kujadikan khamar. “ Nabo minta Yusuf mengartikan mimpi itu, dengan tenang dan yakin Yusuf menerangkan arti mimpi Nabo : “Bergembiralah kau Nabo. Sebentar lagi kau akan dibebaskan dari penjara, kau akan diterima lagi sebagai kepala bagian minuman Raja karena tuduhan terhadapmu tidak terbukti. “Malhab menceritakan mimpinya dan meminta Yusuf mengartikannya : “AKu telah bermimpi membawa kue di atas kepalaku, ketika itulah seekor burung datang memakan kue itu. “Sayang sekali Malhab, kata Yusuf, “Kau akan mengalami nasib buruk, tuduhan terhadapmu terbukti : Raka akan menghukum kau sampai mati di tiang salib. Mayatmu akan dimakan burung buas mulai dari kepalamu.”

Beberapa hari kemudian tafsir mimpi itu terbukti kebenarannya, Nabo dibebaskan dari tuduhan dan diperbolehkan bekerja di istana lagi, sedang Malhab dihukum mati karena terbukti kesalahannya hendak meracuni Raja. Sebelum keluar dari penjara, Yusuf telah berpesan kepada Nabo agar menyampaikan keadaannya di dalam penjara. Ia ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Justru Zulaihalah yang bersalah. Namun setan membuat Nabo jadi lupa sehingga Yusuf tetap berada di dalam penjara selama beberapa tahun lagi.

Nabi Yusuf Menafsirkan Mimpi Raja Mesir

Pada suatu hari Raja Mesir memanggil semua penasihat dan tukang ramalnya, tadi malam sang Raja bermimpi melihat tujuh ekor lembu kurus memakan tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk. Dan melihat tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum kering. Para penasihat, dukun, tukang ramal diperintah untuk mengartikan mimpi sang Raja. Namun tidak ada seorang pun yang mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Raja sangat kecewa, untunglah Nabo ingat akan kepandaian Yusuf sewaktu berada dipenjara. Ia mengatakan hal itu kepada Raja. Bahwa ada seorang pemuda yang pandai mengartikan mimpi dengan tepat.

Raja kemudian mengutus Nabo untuk menemui Yusuf dipenjara dan minta Yusuf agar mau mengartikan mimpi tersebut. Yusuf bukan hanya bersedia mengartikan mimpi tersebut, ia malah menerangkan jalan keluar dari arti mimpi sang Raja itu. Berkata Yusuf : “Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun dan mengalami masa paceklik selama tujuh tahun. “Oleh sebab itu, “sambung Yusuf, hasil panen selama tujuh tahun dimasa subur harus disimpan baik-baik, jangan dihambur-hamburkan. Untuk persediaan tujuh tahun masa paceklik. “Nabo kembali menghadap Raja, setelah disampaikan arti mimpi itu sang Raja merasa senang. Disaat itulah Nabo menyampaikan pesan Yusuf agar sang Raja mau mengadili Yusuf dengan seadil-adilnya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Perkara Yusuf pun diselidiki dan setelah terbukti ia tidak bersalah sang raja membebaskannya dari penjara.

Nabi Yusuf Menjadi Menteri Ekonomi Kerajaan Mesir

Setelah Sang Raja mengetahui kebenaran dan kesucian Yusus, ia makin tertarik. Terlebih setelah diketahuinya bahwa Yusuf itu orang yang cerdas sehingga mampu memberikan jalan keluar persoalan Ekonomi kerajaan Mesir, maka sang Raja akhirnya memanggil Yusuf untuk diangkat sebagai Menteri Ekonomi. Yusuflah yang mengepalai perbendaharaan Negara, ia menjadi kepala gudang aga dapat menanggulangi keserakahan para pejabat korup dan penindasan mereka terhadap rakyat kecil terutama jika nanti tiba musim paceklik.

Paceklik di Tanah Mesir

Apa yang diucapkan Yusuf menjadi kenyataan, sesudah berlangsung masa subur selama tujuh tahun maka datanglah masa paceklik. Masa paceklik itu juga melanda daerah Palestina tempat tinggal Nabi Ya’qub dan saudara-saudara Yusuf. Negeri Palestina yang tidak tahu menahu bakal datangnya kemarau panjang itu tentu kelabakan. Rakyatnya banyak yang menderita kelaparan. Mereka mendengar di Negeri Mesir banyak tersedia bahan makanan dan boleh ditukar dengan emas oleh umum, anak-anak Nabi Ya’qub bermaksud pergi ke Mesir. Pada waktu itu Bunyamin tidak ikut serta. Sewaktu mereka tiba di Mesir dan menukar emasnya dengan gandum mereka sama sekali tidak mengira bahwa kepala gudang perbendaharaan Negeri Mesir adalah Yusuf saudara mereka sendiri. Yusuf mengetahui mereka namun pura-pura tidak mengetahuinya.

Yusuf memperlakukan mereka sebagai tamu terhormat, dijamu dengan makanan yang lezat-lezat, mereka juga diberi bekal pejalanan pulang. Ketika mereka bersiap-siap hendak pulang ke Palestina, Yusuf berkata kepada mereka : “Bawalah saudaramu yang seayah (maksudnya Bunyamin) jika tidak kamu bawa lain kali kalian tidak kuperbolehkan masuk negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan disini. Mereka kaget mendengar ucapan sang menteri. Tak disangka sang menteri mengetahui bahwa mereka masih mempunyai saudara lagi yaitu Bunyamin. 

Bunyamin Bertemu Yusuf

Ketika mereka tiba di rumah dan membuka karung gandum, ternyata emas-emas yang mereka tukarkan berada di dalam karung bersama gandum. Mereka heran dan segera melaporkan kepada ayah mereka Nabi Ya’qub. “Sungguh aneh ? “gumam Nabi Ya’qub. Ketika merekan mengatakan keinginan Menteri Ekonomi agar mereka mau membawa Bunyamin ke Mesir, Nabi Ya’qub langsung menolak. Ia kuatir Bunyamin akan mengalami nasib serupa Yusuf dahulu. “Jika kami tidak boleh membawa Bunyamin maka kam tidak boleh memasuki Negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan lagi, “kata mereka. “Nabi Ya’qub tetap tidak memperbolehkan Bunyamin dibawa pergi. Trauma atas kehilangan Yusuf masih menghantui dirinya. Namun ketika persediaan bahan makanan semakin menipis, maka tak bisa tidak mereka harus pergi ke Mesir lagi.

“Bersumpalah atas Nama Tuhan, “Kata Nabi Ya’qub. “Bahwa kalian harus melindungi Bunyamin dengan segenap jiwa raga kalian. Jika terjadi sesuatu kalian harus membelanya sampai titik darah terakhir. “Mereka serentak menyatakan kesedihannya untuk melindungi Bunyamin dan bersumpah demi Allah akan membela dan membawa Bunyamin kembali. Demikianlah, untuk kali yang kedua mereka pergi ke Mesir. Yusuf sebenarnya tak kuat menahan diri begitu melihat saudara-saudaranya datang membawa Bunyamin. Ia ingin segera memeluk Bunyamin erat-erat karena sudah lama tidak bertemu dengan adik kandungnya itu. Namun untuk sementara ia tidak ingin saudara-saudaranya yang lain tahu bahwa ia adalah Yusuf yang pernah mereka masukkan ke dalam sumur. Ia mencari cara agar Bunyamin dapat tinggal di istana. Tidak ikut pulang ke Palestina. Yusuf kemudian meletakkan piala raja yang terbuat dari emas di karung Bunyamin.

Untuk sementara Yusuf membiarkan saudara-saudaranya berjalan ke luar kota. Namun tidak lama kemudian ia memerintahkan prajurit untuk menyusul rombongan saudara-saudaranya itu. Mereka terkejut ketika serombongan prajurit menyusul dan memintanya berhenti. “Raja kami kehilangan piala yang terbuat dari emas. Apakah kalian mengetahuinya, siapa yang menemukan piala itu akan diberi hadiah gandum satu tunggangan unta. Kami datang ke Mesir bukan untuk membuat kerusuhan, “Kata saudara-saudara Yusuf. Dan kami bukanlah termasuk orang-orang yang mencuri. Para prajurit berkata : Apakah hukuman bagi orang yang melakukan pencurian itu ? Hukumannya adalah menjadi budak, itulah tebusan dari perbuatannya, jawab saudara-saudara Yusuf.

Prajurit itu kemudian menggeledah tiap karung dari saudara-saudara Yusuf. Tiba-tiba mereka menemukannya di dalam karung Bunyamin, tanpa kompromi lagi, Bunyamin dibawa menghadap Menteri Perekonomian yaitu Yusuf. Saudara-saudara Bunyamin yang lain diperbolehkan pulang. Yahudza tak ikut pulang, ia merasa malu kepada ayahnya karena telah berjanji melindungi Bunyamin dari segala marabahaya, nyatanya Bunyamin sekarang tak bisa ia bawa pulang. Yahudza bersumpah tidak akan pulang sebelum membawa Bunyamin atau ayahnya sendiri memanggilnya pulang. Sementara itu Bunyamin gemetar saat dihadapkan kepada Menteri Ekonomi Mesir. Baru kali ini ia berhadapan dengan pejabat tinggi di istana kerajaan. Wajahnya pucat pasi, tap hal itu tak berlangsung lama karena Yusuf segera memeluknya dan mengatakan siapa sebenarnya sang Menteri Ekonomi itu. Pertemuan kakak beradik itu benar-benar mengharukan, Bunyamin menangis terisak-isak, ia segera menceritakan nasib ayahnya di Palestina. Betapa menderitanya sang ayah sejak ditinggal Yusuf setiap hari ayahnya menangis sampai matanya menjadi putih dan tak dapat melihat lagi. 

Impian Nabi Yusuf Menjadi Kenyataan

Begitu mengetahui Sembilan orang anaknya pulang tanpa membawa Bunyamin, Nabi Ya’qub terpukul jiwanya. Ia bnear-benar sedih. Sudah kehilangan Yusuf kini Bunyamin dijadikan budak oleh penguasa Negeri Mesir. Dari hari ke hari tampak nian kesedihan Nabi Ya’qub, kini ia lebih suka menyendiri di mihrabnya (tempat ibadah). Hanya Tuhan tempatnya mengadu dan berkeluh kesah. Pada suatu hari ia mendapat ilham bahwa Yusuf itu masih hidup dan tak lama lagi ia akan berjumpa dengan anak yang sangat dicintainya itu. Nabi Ya’qub kemudian memerintahkan anak-anaknya mengembara ke Mesir : “ Carilah kabar tentang Yusuf di Mesir dan berusahalah membebaskan Bunyamin agar dapat pulang. Karena tak sampai hati melihat penderitaan ayahnya, anak-anak Nabi ya’qub itu akhirnya pergi ke Mesir lagi. Mereka langsung menghadap Menteri Ekonomi. Di samping hendak meminta bantuan makanan mereka juga meminta agar penguasa Mesir mau membebaskan Bunyamin.

“Ayah kam sangat bersedih sejak kehilangan Yusuf, terlebih setelah Bunyamin juga tak dapat kembali pulang. Kami benar-benar mengharap belas kasih Paduka agar mau membebaskan Bunyamin sehingga dapat mengurangi penderitaan ayah kami. Akhirnya Yusuf tak sampai hati mendengar penuturan saudara-saudaranya tentang ayahnya yang menderita. Sambil tersenyum ia berkata : “Masih ingatkah kalian, kepada saudaramu Yusuf yang kalian lemparkan ke dalam sumur tanpa belas kasih. Kalian meninggalkannya seorang diri seperti barang yang tak berharga. Tak kalian hiraukan ratap tangisnya dan kalian terus saja pulang tanpa merasa bersalah. Mendengar ucapan sang menteri mereka terkejut, bagaimana menteri itu bisa mengetahu perkara rahasia yang tak pernah mereka bocorkan. Mereka saling pandang. Perlahan-lahan mereka mengamati wajah sang menteri. Senyumnya, wajahnya, bentuk tubuhnya dari atas hingga bawah, dan akhirnya hamper berbarengan mereka berucap : “Engkau Yusuf !”

“Benarlah ! “Jawab Yusuf, “akulah Yusuf dan inilah adikku Bunyamin. Allah dengan Rahmat-Nya telah mengakhiri penderitaanku dan ujian berat yang telah kualami. Dan dengan rahmat-Nya pula kami dikaruniai rezeki berlimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barang siapa yang bersabar, bertakwa dan bertawakkal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjaran-Nya. “Saudara-saudara Yusuf gemetar mendengar pengakuan itu ? Terbayang kembali perbuatan mereka saat memasukkan Yusuf ke dalam sumur. Mereka kuatir bila Yusuf membalas dendam. Tapi ternyata Yusuf bukanlah orang yang pendendam, mereka dimaafkan. Yusuf kemudian mengambil baju gamisnya dan diserahkan kepada saudara-saudaranya.

“Usapkanlah baju ini pada kedua belah mata ayah, insya Allah beliau dapat melihat kembali. Kemudia ajaklah ayah dan ibu ke Mesir secepatnya. Aku sudah tak sabar untuk bertemu. “Demikianlah, setelah mereka datang di Palestina, baju gamis Yusuf segera diusapkan di kedua belah mata ayahnya, atas kehendak Allah Nabi Ya’qub yang buta bisa melihat kembali. Nabi ya’qub dan keluarganya kemudian pindah ke Mesir memenuhi permintaan Yusuf. Kini lengkaplah sudah kebahagiaan Yusuf karena dapat berkumpul dengan seluruh keluarganya, Yusuf menaikkan ayah dan ibu (tirinya) ke singgasananya. Apa yang pernah diimpikannya dul sekarang menjadi nyata.

Terima Kasih Anda Telah Membaca Artikel
Judul: Kisah Nabi Yusuf As
Diposkan Oleh Mohammad Najih
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih

Kamis, 25 Desember 2014

7 Tips Menjadi Wanita Cantik

 

  • Jadikanlah Ghadul Bashar (menundukkan pandangan) sebagai celak bagi kedua belah alis mata kalian. Insyaallah pandangan kalian akan lebih jernih dan bening.
  • Oleskanlah lipstik kejujuran dan kebenaran pada ulasan bibir delima kalian. Insyaallah ukiran senyuman kalian akan bertambah manis dan indah.
  • Gunakanlah kosmetik yang berasaskan malu dan keadaban, Insyaallah kesederhanaan lahiriyah yang kalian biaskan itu akan menyejukkan mata yang memandang.
  • Lumurkanlah sabun dan lulur istighfar ke pelosok anggota badan kalian. Insyaallah dapat mengikis daki kotoran dosa dan kesalahan yang telah kalian lakukan.
  • Rawatlah rambut kalian dengan hijab islami. Insyaallah akan terhindar dari kerusakaniman.
  • Gunakanlah gelang sedekah dan cincin ukhwah islamiyah di jari-jemari kalian. Insyaallah kelak kalian akan temui warga sholihin yang nilainya melampaui segunung emas permata.
  • Luruskanlah postur tubuh badan kalian denga ketulusan dalam menunaikan shalat dan peribadatan kepada yang Maha Esa. Insyaallah keikhlasan / keistiqamahan dalam mencari keridha'an-Nya akan dipermudah.

Terima Kasih Anda Telah Membaca Artikel
Judul: 7 Tips Menjadi Wanita Cantik
Diposkan Oleh Siti Qoni'ah
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih

ORANG KECIL ORANG BESAR


Suatu hari yang cerah
Di dalam rumah yang gerah
Seorang anak yang lugu
Sedang diwejang ayah-ibunya yang lugu

Ayahnya berkata:
“Anakku,
Kau sudah pernah menjadi anak kecil
Janganlah kau nanti menjadi orang kecil!”

“Orang kecil kecil peranannya
Kecil perolehannya,” tambah si ibu

“Ya,” lanjut ayahnya
“Orang kecil sangat kecil bagiannya
Anak kecil masih mendingan
Rengeknya didengarkan
Suaranya diperhitungkan
Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan
Suaranya tak suara.”

Sang ibu ikut wanti-wanti:
“Betul, jangan sekali-kali jadi orang kecil
Orang kecil jika jujur ditipu
Jika menipu dijur
Jika bekerja digangguin
Jika mengganggu dikerjain.”

Ayah dan ibu berganti-ganti menasehati:
“Ingat, jangan sampai jadi orang kecil
Orang kecil jika ikhlas diperas
Jika diam ditikam
Jika protes dikentes
Jika usil dibedil.”

“Orang kecil jika hidup dipersoalkan
Jika mati tak dipersoalkan.”

“Lebih baik jadilah orang besar
Bagiannya selalu besar.”

“Orang besar jujur-tak jujur makmur
Benar-tak benar dibenarkan
Lalim-tak lalim dibiarkan.”

“Orang besar boleh bicara semaunya
Orang kecil paling jauh dibicarakan saja.”

“Orang kecil jujur dibilang tolol
Orang besar tolol dibilang jujur
Orang kecil berani dikata kurangajar
Orang besar kurangajar dikata berani.”

“Orang kecil mempertahankan hak
disebut pembikin onar
Orang besar merampas hak
disebut pendekar.”

Si anak terus diam tak berkata-kata
Namun dalam dirinya bertanya-tanya:
“Anak kecil bisa menjadi besar
Tapi mungkinkah orang kecil
Menjadi orang besar?”
Besoknya entah sampai kapan
si anak terus mencoret-coret
dinding kalbunya sendiri:
“O  r  a  n  g    k  e  c  i  l  ?  ?  ?
O  r  a  n  g    b  e  s  a  r  !  !  !”

Terima Kasih Anda Telah Membaca Artikel
Judul: ORANG KECIL ORANG BESAR
Diposkan Oleh Mohammad Najih
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih

Ibu

Ibu
Kaulah gua teduh
tempatku bertapa bersamamu
sekian lama
Kaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam

Kaulah, ibu, langit dan laut
yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu

(Tuhan
Aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanatMu
menyampaikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasihMu
Amin).

Terima Kasih Anda Telah Membaca Artikel
Judul: Ibu
Diposkan Oleh Mohammad Najih
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih

Pantun

  Pantun Remaja
Pagi hari saatnya jalan-jalan
Jalan-jalan melewati pohon kelapa
Aku disini sedang merindukan
Merindukan kasih sayang kanda

Pergi ke Paris beli jambu
Payung dibeli di pasar indah
Tenangkan aku saat ku rindu
Tegarkan aku saat ku lemah

Jalan-jalan ke kota Sedan
Dipinggir jalan lihat orang gila
Lihatlah aku yang sedag kangen
Kangen pada dirimu cinta


  Pantun Nasihat
Jalan-jalan ke Sedan membeli buah
Jangan lupa membeli susu
Jika memang anak Madrasah
Tunjukkanlah prestasimu

Pergi ke Rembang membeli teh
Tidak lupa membeli blewah
Jika kamu tidak berbudi
Jangan mengaku anak Madrasah


  Pantun Jenaka
Jalan-jalan ke kota Maluku
Jangan lupa oleh-olehnya
Lihat Ibu marah melulu'
Mending nyengir lari saja

Hari minggu mari tamasya
Tapi jangan terburu-buru
Punya pacar serem mukanya
Mending tendang cari yang baru


Terima Kasih Anda Telah Membaca Artikel
Judul: Pantun
Diposkan Oleh Ari Fitriyani,M.Adja,Fithrotul Kamila
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih

Tentang Seorang Tabib

Sebuah gubug renta berdiri di tengah hamparan hutan belantara. Hanya ada tiga orang yang hidup di gubug itu. Mereka adalah Mbah Suhud beserta  muridnya, Genjen dan Komed. Kedua murid tersebut oleh Sang Guru diajari dengan ilmu yang berbeda. Genjen mewarisi ilmu kanuragan dan Komed menguasai ilmu pertabiban yang dimiliki Mbah Suhud.
Suatu hari Genjen pergi meninggalkan gubug itu. Ia ingin pergi melihat dunialuar yang selama ini membuat penasaran dirinya. Sang Guru telah mengingatkan, bahkan telah melarangnya untuk pergi. Betapa dunia luar rapat dengan segala rayuan dan godaan. Sang Guru khawatir jika muridnya itu akan terbuai kemegahan dunia. Pada akhirnya tak ada yang bisa mencegah tekad Genjen. Sang Guru hanya berwasiat, ilmu yang diajarkannya semata untuk mengagungkan kebesaran Tuhan. Maka dengan sangat kecewa Sang Guru melepas kepergian Genjen.
***
  Sebulan setelah kepergian Genjen, gubuk terasa sepi. Mbah Suhud  kini sering berdiam diri. Ia menghabiskan hari demi hari memandangi panorama rimbun yang terhampar di sebelah selatan. Ke arah itulah murid kesayangannya pergi. Menembus ribuan pepohonan yang besar-besar dan sangat rapat. Sang Guru tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya menaklukkan rintangan begitu lebat itu. Seperti dirinya dulu yang melarikan mereka ketika masih belia. Saat terjadi pertempuran yang merenggut nyawa  kedua orang tua mereka.
Mbah Suhud duduk di tubir tebing. Udara pagi yang segar menemani tepekurnya. Dari belakang ia mendengar langkah kaki Komed menyapu dedaunan kering yang berserakan di tanah. Ia mendekatkan diri ke  sisi guru.
“Guru, sarapan telah kusiapkan di meja. Mari kita makan.” Begitu Komed datang menyapa. Namun suaranya lekas ditangkap angin dan dibawa entah ke mana.
Sang Guru hanya bergeming. Pandangannya masih tetap sedia kala. Tak menjawab. Komed segera merapatkan tubuhnya ke sisi Sang Guru. Ia pun ikut menyatu dengan panorama yang hijau itu. Dari arah timur, matahari terlihat separuh. Sinarnya mulai merata menimpa dedaunan yang masih basah oleh embun. Menikmati pemandangan itu mereka sampai lupa makan.
***
Komed bimbang. Tiga hari sudah Sang Guru terbaring lemah di atas dipanbambu. Tubuhnya lusuh dan dingin. Air mukanya keruh. Bibirnya tiada henti bergetar. Komed berulang kali meramu obat-obatan dari dedaunan yang diambilnya dari hutan dan meminumkannya kepada Sang Guru. Namun tak jua ada perubahan.
Sang Guru tak lagi bisa apa-apa. Mulutnya sudah tak mampu lagi untuk sekadar mengunyah makanan. Buang air kecil pun di tempat tidur. Namun itu semua tak membuat takzim Komed kepada Sang Guru berkurang. Komed menginsyafi, di usia Sang Guru yang senja itu, butuh seseorang untuk merawatnya. Hanya Komed yang bisa dijarapkan.
Pada hari keempat di pembaringan, Sang Guru menghembuskan nafas terakhir. Ia pergi meninggalkan Komed dan melupakan kenangan pahit saat melepas kepergian Genjen. Kini Komed hidup sebatang kara di gubug reyot.
Jasad Sang Guru pun ia tanam di belakang gubug, sesuai permintaan Sang Guru sendiri.  Kepergian Sang Guru semakin mencipta sepi di gubug itu. Sebelum ajalnya, Sang Guru berwasiat kepada Komed agar menemukan kembali Genjen. Mengajaknya pulang untuk menziarahi makam Sang Guru. Komed pun segera merantau.
Komed berjalan ke selatan menembus hutan. Semak belukar setinggi dadanya dengan sabar dilaluinya. Pohon-pohon besar yang rantingnya merunduk, ia retas dengan hati-hati. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan ia hanya mengisi perutnya dengan buah-buahan sepanjang jalan yang ia lalui. Terkadang ia bersua dengan binatang buas. Namun ia terbiasa membuat binatang macam apapun menjadi jinak. Ya, Sang Guru pernah mengajarinya.
Sampai suatu hari ketika Komed melalui jalan yang menghubungkan suatu desa , ia bersua dengan sekawanan pedagang. Ia menemukan tubuh mereka tergelepar di pinggir jalan. Dua pedati kosong di dekat mereka. Jumlah mereka banyak. Tiga di antaranya tewas dan yang lainnya  tak sadarkan diri. Banyak luka menganga di tubuh mereka.
Jiwa tabibnya segera tergugah. Ia  membuka obat-obatan yang ia bawa selama perjalanan. Komed meneduhkan tubuh para pedagang itu lalu pelan-pelan ia oleskan obat itu pada setiap luka.
Setelah dirawat dengan baik, mereka bisa sehat kembali. Mereka pun mengisahkan kejadian yang telah menimpa mereka. Segerobolan penyamun telah merampas harta dan barang dagangan. Para penyamun itu menyerang dengan senjata tajam. Mereka dipimpin oleh seseorang yang sakti.
Melihat kesembuhan para pedagang itu, lantaslah Komed undur diri. Ia melanjutkan perjalananya ke selatan mencari kakaknya. Sampailah ia di pemukiman penduduk. Berbulan-bulan ia berjalan melewati hutan. Dan ternyata benar apa yang dikatakan mendiang gurunya. Dunia luar begitu ramai. Ia berjumpa orang-orang yang lalu-lalang. Sibuk dengan dunianya sendiri. Gadis-gadis cantik hingga perempuan tua yang kesepian di pinggir pasar jua ia temukan.
Komed terus berjalan memasuki pemukiman. Pakaiannya terlihat compang-camping. Sebab berbulan-bulan ia hanya mengenakan satu pakaian. Namun langkahnya tetap tegap dan wajahnya bersih.
Sepanjang perjalanan ia selalu menanyakan perihal kakaknya. Ia menjelaskan ciri-ciri kakaknya kepada setiap orang yang di temuinya. Begitu terus sampai ia berhenti di sebuah warung di pinggir jalan dekat alun-alun.
Komed duduk di lincak di pojok warung itu. Ia menyendiri. Orang-orang memenuhi tempat duduk di warung itu. Beberapa orang menenggak arak dan mereka dikelilingi perempuan-perempuan cantik. Suasana riuh. Mulut-mulut menceracau sekenanya.
Tabib muda hanya menunduk. Tiba-tiba semua orang terdiam. Komed yang duduk membelakangi mereka heran. Beberapa orang menghambur keluar. Mereka lari terbirit-birit seperti ayam kedatangan bajing. Ada yang terjatuh karena kakinya tersandung meja saking gugupnya. Ada pula yang masih duduk di tempat karena mabuk berat.
Komed segera menolehkan wajahnya. Di halaman depan warung segerombolan orang hendak masuk. Komed terkesiap ketika menampak mereka lengkap dengan senjata tajam. Tubuh mereka yang jangkung membuat Komed agak merinding. Mereka mengobrak-abrik seisi warung. Orang-orang yang ada di warung diam saja. Mematung.
Ya, merekalah para penyamun yang selama ini membuat penduduk Desa Bandaran ketakutan. Dengan beringas mereka merampas harta milik penduduk. Orang-orang yang sejak tadi mabuk, mencoba melawan. Namun sayang, mereka kalah digdaya dengan para penyamun itu. Mereka pun terkelepar di lantai. Beberapa tusukan senjata tajam menohok perut mereka. Siang itu warung bersimbah darah.
Tubuh Komed menggigil. Ia menyembunyikan wajahnya dari para penyamun itu. Para penyamun itu segera mendekatinya. Hatinya semakin berkecamuk. Ia bingung. Ia tak punya bekal untuk membela diri selain mengobati luka atau penyakit. Perlahan bulir-bulir keringat dingin  mulai bercucuran di dahi. Tubuhnya kuyup oleh peluh. Ia semakin bergidik ketika melirik tangan salah satu penyamun mengacungkan celurit. Sejurus saja mata celurit iru bakal merobek punggung Komed. Ia segera beranjak dan berguling ke depan. Secepatnya ia ke luar warung. Segera para penyamun menyusul.
Di luar orang-orang ketakutan. Para penyamun itu mengerubungi Komed. Tubuh Komed menggasing. Masing-masing orang yang melihatnya bersitegang.
“Hey anak muda, serahkan barang-barangmu atau kau kubunuh!”, salah seorang penyamun mengancam.
Komed memegang erat-erat barang bawaannya. Ia tak rela obat-obatan yang ia bawa dirampas mereka. Ia berhadapan pada dua pilihan yang membuatnya tak berdaya. Sebisa mungkin ia mencari jalan keluar. Ah, sayang ia hanya seorang tabib. Andaikan Sang Gurunya dulu mengajarinya ilmu kanuragan  pasti ia tak menemu jalan sesulit ini.
Sementara orang-orang yang menyaksikan bertambah takut. Para penyamun itu tengah siap menyabitkan celurit.
“Tidak! Bagaimanapun aku tak akan menyerahkan milikku kepada kalian.” Berontak Komed. Ia benar-benar dalam kebingungan.
“Bedebah!” Hardik penyamun itu.
Tinggal sejurus lagi celurit itu bakal merobek tubuh Komed. Ia memejamkan matanya. Mencoba berpikir. Komed membuka kedua matanya. Lantaslah Komed menghardik  mereka bak lolongan harimau di tengah rimba. Dan mereka pun seketika terpelanting dan lemas tiada daya. Mereka tak bisa apa-apa. Orang-orang takjub menyaksikan kejadian itu.
Ya, tanpa disadari Komed melumpuhkan penyamun itu.  Ia punya ilmu warisan gurunya untuk menjinakkan binatang buas. Pikir Komed, dalam diri para penyamun itu ada sifat binatang buas.
***
Penduduk Desa Bandaran merasa lega. Baru kali ini mereka menemukan sosok yang gagah berani melawan para penyamun yang selama ini membuat mereka resah. Sosok itu masih muda sekali. Namun mereka takzim kepadanya. Bahwa Desa Bandaran telah menemukan seorang  pahlawan.
Dalam waktu yang tak lama nama Sang Tabib disebut-sebut banyak orang. Kemampuannya mengobati penyakit pun cepat terendus. Orang-orang dari segala umur berbondong-bondong mendatanginya.
Kawanan penyamun mendengar kabar itu. Mereka tidak terima atas kekalahannya. Tetua  penyamun marah besar. Ia malu jika anak buahnya dibikin takluk. Maka ia segera menyusun balasan. Akhirnya mereka meluncur ke Desa Bandaran mencari tabib muda itu.
Tetua penyamun itu terlihat sangar. Langkahnya tegap membuat orang-orang takut. Orang-orang yang melihat kedatangannnya di Desa Bandaran bersitegang. Mereka cepat-cepat masuk rumah. Beberapa menyambangi kediaman Sang Tabib.
“Di mana tabib sontoloyo itu? Hah!,” pekik  tetua penyamun. Suaranya parau. Orang-orang bergidik mendengarnya. Penduduk hanya menatapnya bisu. Mereka tak berani berucap sekata pun.
Komed segera keluar dari kediaman. Ia tahu para penyamun itu mencari dirinya. Ia tak ingin ada korban atas kebuasan mereka. Maka ia bergegas.
Ia benar-benar ingin bertempur hari itu. Namun tabib muda tiba-tiba kehilangan hasrat. Ia melihat sosok yang tak asing dalam hidupnya. Sosok itu adalah orang yang sangat dicarinya selama ini.
Komed mendekati tetua penyamun itu. Orang-orang melihat dengan khawatir. Namun tak terbesit sedikit pun rasa takut dalam hati tabib.

Agustus-Desember 2011

Terima Kasih Anda Telah Membaca Artikel
Judul: Tentang Seorang Tabib
Diposkan Oleh Mohammad Najih
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih